Dalam pembelajaran bimbingan konseling kita mengenal empat jenis layanan bimbingan yaitu bimbingan individual, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. Bertepatan dengan bimbingan karir, dalam satu kesempatan pembelajaran di kelas, saya bertanya kepada siswa-siswa "apakah cita-citamu?" bermacam-macam jawaban muncul dari mereka seperti Dokter, insiyur, seniman, pengusaha, dan lain-lain. Kata terakhir ini membuat saya berdecak kagum atas pilihan mereka yang memilih menjadi pengusaha. Dalam konteks menjadi pengusaha berarti anak memiliki konsep kemandirian dan kebermanfaatan dirinya untuk lingkungan sekitarnya.

 Berkaitan dengan hal tersebut, penyelenggaraan program student market di SMPI Al Syukro Universal bertujuan antara lain untuk: 1) menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan sejak dini; 2) menemukan sendiri tentang nilai-nilai kehidupan nyata mengenai keberlangsungan adanya “pasar” (dari teori ke pada praktek); dan 3) mengembangkan life skill. Program student market berjalan dengan konsentrasi pada dua tema yaitu pembelajaran IPS dan feed back dari kegiatan pembiasaan gardening. Berikut realisasi pelaksanaan program :

Pembelajaran IPS Pembiasaan Gardening
  1. Bersifat jangka panjang (3 bulan)
  2. Dilakukan secara berkelompok (terdiri dari kelas 7-9)
  3. Produknya bermacam-macam (seperti kerajinan tangan, makanan, minuman, dll)
  4. Target pasar semua siswa dan guru di lingkungan sekolah
  5. Harga ditentukan oleh masing-masing kelompok
  6. Keuntungan dibagi secara adil kepada anggota kelompok
  1. Bersifat jangka pendek (1 hari)
  2. Dilakukan secara individual
  3. Hasil kebun saja (seperti jagung, kacang-kacangan, sayuran, dll)
  4. Target pasar orang tua dan guru
  5. Harga ditentukan oleh sekolah
  6. Harga jual dikembalikan kepada sekolah dan keuntungan kembali kepada setiap individu

 

Selanjutnya, ruang lingkup pembelajaran IPS para siswa lebih diarahkan kepada:

  1. Pengumpulan modal awal (kisaran Rp 1000 s.d. Rp 5000 persiswa)
  2. Penyusunan bussiness plan (seperti produk apa yang akan dijual)
  3. Penyusunan struktur perusahaan (seperti Direktur, marketing, bendahara, dll)
  4. Pengevaluasian pelaksanaan (untung dan ruginya)

Di kurun waktu tiga bulan tampak suasana kesibukan di pagi hari para siswa menjajakan dagangannya, begitu juga menjelang istirahat pertama. Para siswa dengan sukacita berlomba-lomba untuk menjajakan produknya seperti lontong, risoles, es pisang ijo, nasi goreng, sandwich, susu kedelai dan lain-lainnya dengan kisaran harga Rp 1000 s.d. Rp 3000. Setiap harinya barang yang dijajakan selalu berganti-ganti. Secara bergiliran, mereka pun membagi tugas siapa yang akan membeli bahan-bahan, membuat produk, dan yang berperan sebagai marketing. Di akhir dari pelaksanaan program, bagi mereka yang untung besar maka akan memperoleh pembagian hasil usaha yang merata dan seadil-adilnya. Sebaliknya, bagi mereka yang mengalami kerugian tidak akan memperolehnya. Meskipun demikian, pengalaman ini cukup memberikan kesan mendalam kepada para siswa dan menciptakan keasyikan tersendiri dalam menjalankan usahanya masing-masing dengan resiko yang akan dihadapi baik pada saat itu dan yang akan terjadi nanti. Karenanya mari berlomba-lomba menjadi pengusaha dan menjadi pengusaha siapa takut?